• Whatsapp

Kombatan Gelar Festival Band Millenial
Ketum : Kombatan se-Indonesia Jangan Terlena

SOLO,- Matamedia.co.id,Komunitas Pendukung, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo sebagai capres 2024, terus melakukan kegiatan untuk menjaring pemilih dari berbagai kalangan. Salah satu diantaranya, gencar dilakukan oleh Kombatan.

Guna mencegah terjadinya gangguan politik bernuansa kebencian berbasis Identitas menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, DPN Komunitas Banteng Asli Nusantara (Kombatan), memberikan Pembekalan kepada seluruh Pengurus DPW Kombatan, di Solo, Jawa Tengah, Sabtu (10/12/2022).

Kegiatan yang bertujuan memberikan pembekalan dan pendidikan kepada semua Pengurus DPW Kombatan se-Indonesia, diantaranya Pengurus dan anggota DPW Bali, DPW Jawa Timur, DPW Jawa Barat, DPW Jawa Tengah, DPW DKI, DPW Jambi, DPW Palembang, serta simpatisan Kombatan.

Untuk diketahui, waktu Pendaftaran Pemilihan Capres/Cawapres semakin dekat, yakni pada tanggal 7 s/d 13 September 2023, dan hanya tinggal 11 bulan lagi. Seiring dengan itu dinamika politik semakin memanas.

“Apakah Kombatan hanya cukup jadi penonton ?

Pada kesempatan tersebut, Ketua Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Kombatan, Budi Mulyawan, menyampaikan perlunya untuk melakukan pendekatkan figur Pak Ganjar kepada masyarakat, selain visi dan kepeduliannya kepada UMKM dan nilai-nilai kesenian daerah, terutama generasi milenial, karena tahun 2024 akan banyak pemilih baru.

“Saya minta, kita semua harus bisa melakukan gerakan yang dapat membangkitkan semangat masyarakat dengan berbagai cara, harus bisa memilih dan memilah yang berkualitas, berkompeten dan juga merangkul kaum milenial,” ujar Pak Cepi, sapaan akrab Budi Mulyawan.

Pada kesempatan itu, Budi Mulyawan menyampaikan, PDI Perjuangan agar tidak salah dalam memilih figur calon presiden (capres).

Jika meleset bisa berakibat fatal, Pilpres bisa kalah dan perolehan suara partai dipastikan jeblok di Pemilu 2024.

Menurut Budi Mulyawan, kegagalan PDI Perjuangan di Pemilu 2009, lanjut Budi Mulyawan, hanya dapat 14,03 persen seharus jadi pelajaran sejarah buruk partai.

Untuk itu dirinya menyebut, tidak layak mengandalkan arogansi menang 2 periode Pilpres dan Pileg pada Pemilu 2014 dan Pemilu 2019.

“Harus diakui kemenangan PDI Perjuangan dalam dua Pemilu terdahulu tidak bisa dipisahkan dari efek figur Pak Jokowi,” kata Cepi, sapaan akrab Budi Mulyawan.

Menurut Budi Mulyawan, salah besar jika ada yang tak peduli lembaga survei, kemudian memaksa pilih figur Capres yang ujung-ujungnya saat perolehan suara Pilpres dan Pileg kalah.

“Justru lempar batu sembunyi tangan (menyalah-nyalakan orang lain),” katanya. (daeng yus)

Related posts

Leave a Reply