Cilegon,- Matamedia.co.id,- Ketua Dewan Kebudayaan Kota Cilegon, Ayatullah Khumaeni, menyampaikan dukungannya terhadap langkah tegas Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia yang diwakili oleh Fadli Zon, dalam merespons polemik terkait tambang nikel di kawasan Raja Ampat, Papua Barat. Fadli Zon, yang juga merupakan Wakil Ketua DPR RI, telah melayangkan kritik keras terhadap aktivitas pertambangan yang dinilai bisa merusak situs sejarah dan kekayaan budaya lokal yang sudah diakui dunia.
Dalam pernyataannya, Ayatullah Khumaeni menilai bahwa kritik Fadli Zon harus menjadi bahan refleksi bagi seluruh pemangku kebijakan di Indonesia, khususnya dalam menyeimbangkan antara kepentingan ekonomi dengan upaya pelestarian budaya dan lingkungan yang menjadi identitas bangsa. Menurutnya, ke depan, pengelolaan kekayaan alam Indonesia harus selalu memperhatikan kelestarian warisan budaya yang tak ternilai harganya.
“Kami menyambut baik sikap Kemenkebud RI yang menanggapi serius persoalan ini. Jangan sampai kekayaan budaya dan sejarah Papua, khususnya Raja Ampat yang sudah diakui dunia sebagai kawasan warisan alam dan budaya, dikorbankan demi keuntungan jangka pendek,” ujar Ayatullah Khumaeni dalam sebuah kesempatan di Cilegon, Jumat (7/6/2025).
Lebih lanjut, Ayatullah menegaskan bahwa persoalan di Raja Ampat menggambarkan tantangan yang serupa yang bisa dihadapi oleh daerah-daerah lain di Indonesia, termasuk Cilegon yang tengah membangun narasi kebudayaan dalam pembangunan daerah. “Kekayaan budaya Indonesia, baik berupa warisan fisik maupun nilai-nilai tak benda, harus dijaga dengan pendekatan yang berkelanjutan dan berpihak pada keberlangsungan ekosistem budaya lokal,” ujarnya.
Ayatullah juga menekankan pentingnya keberpihakan terhadap masyarakat adat dan komunitas budaya, yang sering menjadi pihak pertama yang terdampak oleh kegiatan industri ekstraktif seperti pertambangan. “Kami di Dewan Kebudayaan Kota Cilegon memandang bahwa pembangunan seharusnya mengandung nilai-nilai kultural. Investasi dan eksplorasi sumber daya alam harus selalu didampingi dengan kajian budaya dan pertimbangan lingkungan yang komprehensif,” tambahnya.
Dukungan terhadap langkah Fadli Zon ini juga disertai dengan ajakan untuk seluruh pihak, termasuk industri dan investor, untuk lebih menghargai keberadaan situs-situs sejarah, ekosistem adat, dan komunitas budaya lokal. Ayatullah mengusulkan agar ke depan, setiap proyek besar, baik di Papua maupun daerah lainnya, melibatkan ahli budaya, sejarawan, dan masyarakat adat dalam proses perencanaan dan evaluasi.
Sebagai penutup, Ketua Dewan Kebudayaan Kota Cilegon menegaskan komitmennya untuk terus memperkuat kesadaran publik akan pentingnya pelestarian warisan budaya. Ia juga mengajak generasi muda untuk aktif menjaga nilai-nilai luhur bangsa, meskipun di tengah modernisasi dan tekanan ekonomi global.
“Mari kita belajar dari Raja Ampat. Jangan sampai situs budaya kita di Cilegon pun mengalami nasib yang sama di masa depan. Warisan budaya bukan hanya untuk dikenang, tapi untuk dijaga bersama,” pungkas Ayatullah Khumaeni.
Pernyataan ini diharapkan dapat memperkuat kesadaran masyarakat dan pemangku kebijakan untuk mengedepankan prinsip keberlanjutan dalam pembangunan, agar keseimbangan antara ekonomi, budaya, dan lingkungan tetap terjaga.