Ilusi Kaum Marhaen

  • Whatsapp
Ilusi Kaum Marhaen

2023 Kaum marhaen masih banyak, akankah 2045 Indonesia emas akan terwujud?
Permasalahan ekonomi di Indonesia masih banyak yang belum teratasi, upaya yang dilakukan
pemerintah untuk mengurangi angka kemiskinan di Indonesia masih belum efektif. Hal ini
dapat dilihat dari banyaknya jumlah Kaum Marhaen saat ini.

Sebelumnya apa itu Kaum Marhaen?

Kaum Marhaen adalah sebutan untuk masyarakat kecil yang memiliki alat produksi namun
tetap miskin dan melarat. Sebutan ini dikenalkan oleh presiden pertama Indonesia yaitu
bapak Ir. Seokarno. Saat berumur dua puluh tahun, tepatnya saat bersekolah di bandung
Soekarno melihat masyarakat sekitarnya mengalami kemiskinan dan kemelaratan. Ia melihat
para petani yang memiliki tanah sepetak dan mengelolanya sendiri, petani itu memiliki tanah
sendiri, alat produksi berupa cangkul milik sendiri, namun hasil produksi masih belum
mencukupi kebutuhan keluarganya. Soekarno menyimpulkan bahwa masyarakat Indonesia
yang berprofesi sebagai petani itu “termiskinkan” secara sistematik. Mereka miskin karena
efek penjajahan yang memberlakukan sistem kapitalisme, Feodalisme, dan Imperialisme.

Melihat kondisi ini Soekarno bertekad untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan
menyejahterakan masyarakat Indonesia supaya terbebas dari kemiskinan. Ia membuat
ideologi bernama Marhaeinisme, yaitu ideologi hasil adaptasi dari ideologi Marxisme oleh
Karl Marx. Pada ideologi Marxisme masyarakat digolongkan menjadi dua kelas, yaitu kelas
Borjuis dan kelas Proletar, Kaum Borjuis yaitu masyarakat yang memiliki modal dan akses
produksi, dan kaum Proletar adalah para buruh yang menjual tenaga mereka kepada kaum
Borjuis. Soekarno melihat di Indonesia sendiri sudah ada Kaum Proletar, namun itu hanya
sebagian kecil dari masyarakat, yang lebih banyak jumlahnya adalah mereka yang memiliki
akses produksi namun masih miskin. Soekarno merasa ideologi Marxisme kurang cocok
diterapkan di Indonesia hingga akhirnya dibuatlah ideologi Marhaenisme. Tujuan ideologi
Marhaenisme adalah menciptakan masyarakat yang sejahtera dan adil sesuai dengan
Pancasila. Kaum Marhaen bukan hanya petani, namun semua masyarakat kecil seperti buruh,
tukang, kusir, pegawai kecil, pengusaha kecil, dan kaum kecil lainnya. Keberadaan kaum
Marhaen tersebar dimana-mana, ada yang berdomisili di pegunungan, dataran rendah, daratan
tinggi, persawahan dan lainnya. Kaum Marhaen memiliki agama dan kepercayaan yang
berbeda-beda. Kaum Marhaen sesuai kodratnya mencoba lepas dari belenggu kemiskinan dan
berharap ada perubahan nasib.

Menurut BPS, pada tahun 1960 terdapat 97,1juta jiwa dan pada 2023 menambah menjadi
278.69 juta jiwa kaum Marhaen di Indonesia. Bentuk kaum Marhaen yang sering kita lihat
dimasa modern ini adalah tukang becak, supir angkot, petani yang memiliki lahan sempit,
tukang ojek baik pengkolan maupun online, pedagang kecil dan masih banyak lainnya
Mereka memiliki akses produksi sendiri bukan menjual jasanya kepada orang lain, dan
penghasilannya hanya cukup atau bahkan belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup
nya dalam beberapa hari.

Sebenernya Undang Dasar 1945 sebagai dasar hukum di Indonesia telah menyatakan bahwa
alam Indonesia “dikuasai” negara untuk kesejahteraan dan kemakmuran bangsa. Yaitu tertera
pada UUD 1945 Pasal 33 ayat 1-3 dan UU Pokok Agraria 1960
Dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 1: “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar
atas asas kekeluargaan”, ayat 2: “Cabang – cabang produksi yang penting bagi negara dan
yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara”, ayat 3: “Bumi dan air serta
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
Sebesar – besarnya kemakmuran rakyat”. Dalam Undang-undang ini ditegaskan bahwa
pemerintah berperan besar pada aspek ekonomi negara. Lalu pada UUPA 1960 disebut juga
bahwa alam Indonesia adalah dikuasai negara untuk Kesemakmuran bersama.

Namun pemerintah belum benar-benar melaksanakan Undang-Undang tersebut
Indonesia memiliki wilayah yang luas, terutama lautan yang merupakan 62% dari wilayah
Indonesia, seharusnya kita dapat menghasilkan banyak keuntungan dari kondisi ini, namun
ternyata proses produksi masih bergantung pada hasil daratan, pemeliharaan dan produksi
dilautan masih belum optimal. Lalu petani-petani juga masih banyak yang memiliki lahan
sempit, dan kebanyakan dari mereka sudah tidak berusia produktif lagi, hanya sedikit petani
yang berumuran 13-30 tahun, padahal negara kita bergantung pada mereka. Bila pertumbuhan
jiwa di Indonesia semakin meningkat, maka mau tidak mau negara kita harus mengimpor dari
negara lain.

Melihat Kaum Marhaen yang semakin banyak, mendandakan Indonesia belum makmur,
kesenjangan sosial juga terlihat jelas di kota-kota besar. Jika terus begini apakah mungkin
Indonesia emas tercapai? Menurut Bappenas (2019) Indonesia Emas 2045 memiliki visi (1)
menjadikan Indonesia menjadi salah satu negara dengan pendapatan terbesar didunia (2)
Sumber Daya Manusia Unggul dan menguasai IPTEK (3) Pembangunan ekonomi dengan
memperhatikan kelestarian lingkungan dan generasi mendatang; (4) Pembangunan yang
bermuara pada kemakmuran yang merata; dan (5) Ketahanan nasional yang kuat dan tata
kelola pemerintahan yang baik.

Untuk mencapai tujuan Indonesia Emas 2045, pemerintah perlu lebih memperhatikan lagi
kondisi perekonomian yang dialami negara kita, alih-alih memperkaya orang yang sudah
kaya, pemerintah harus lebih turun lebih dalam kebawah lagi melihat masyarakatnya yang
menderita. Dibutuhkan pengoptimalan proses pemeliharaan dan produksi dari dari lautan
Indonesia, membuat inovasi baru dalam dunia pertanian, seperti membuat program yang
melibatkan lebih banyak petani-petani muda dan menyediakan lahan untuk produksi, dan
memberikan kemudahan kepada para pemilik modal kecil untuk dapat mengembangkan
usahanya. Dengan begitu permasalahan ekonomi di Indonesia dapat diatasi. Proses menuju
Indonesia Emas 2045 akan semakin dekat jika kemamuran bangsa terwujudkan, kondisi
dimana seluruh masyarakat Indonesia hidup dengan sejahtera dan lepas dari penderitaan
kemiskinan mereka, inilah tujuan dan mimpi kita.

 

Nama : Anggi Safitri Faisal
Prodi : Ilmu Komunikasi
Kampus : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Related posts

Leave a Reply