Ketika Media Sosial Jadi Guru Seks Anak, GMNI Cilegon Desak Reformasi Pendidikan Seksualitas

  • Whatsapp

Cilegon,- Matamedia.co.id,- Lonjakan kasus kekerasan seksual terhadap anak di Kota Cilegon memantik keprihatinan mendalam dari kalangan aktivis perempuan muda. Berdasarkan laporan Polres Cilegon yang dikutip dari beberapa media online, sepanjang Januari hingga September 2025 tercatat 31 kasus kekerasan seksual terhadap anak, mayoritas berupa persetubuhan dan sodomi. Sebagian besar korban masih berusia di bawah 17 tahun.

Ketua Sarinah GMNI Cilegon, Novi Hani Safitri, menilai maraknya kasus ini mencerminkan lemahnya pengawasan terhadap anak, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun dunia digital.

Read More

“Ini bukan hanya soal moral pelaku, tapi juga kegagalan sistem pengawasan sosial kita. Anak-anak terlalu mudah mengakses konten porno dan kekerasan dari media sosial tanpa pengendalian,” ujar Hani, Selasa (14/10/2025).

Ia menegaskan, tanggung jawab pencegahan tidak bisa hanya dibebankan kepada kepolisian, tetapi harus menjadi agenda bersama antara pemerintah daerah, dinas pendidikan, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) serta DPRD Kota Cilegon, hingga orang tua.

“Pemerintah harus tegas membentuk tim lintas sektor untuk menangani kekerasan seksual anak secara terpadu. Ini darurat sosial yang tidak bisa ditunda,” tegasnya.

Sementara itu, Sekretaris Sarinah GMNI Cilegon, Winda Aini Rohmah, menyoroti lemahnya edukasi seksualitas dan literasi digital di sekolah. Ia menilai banyak anak yang tidak memahami batasan tubuh dan hubungan sosial yang sehat karena tidak mendapat bimbingan yang tepat.

“Anak-anak ini tahu soal seks dari media sosial, bukan dari pendidikan yang benar. Maka wajar kalau mereka mudah terjerumus. Sudah saatnya kurikulum di Cilegon memasukkan pendidikan seksualitas dasar dan etika digital,” kata Winda.

Selain mendorong kebijakan baru, Sarinah GMNI Cilegon juga berencana menggelar kampanye kesadaran digital dan perlindungan anak di tingkat sekolah dan komunitas. Program tersebut akan melibatkan mahasiswa, aktivis perempuan, dan lembaga pendidikan.

“Kita tidak bisa diam. GMNI akan turun langsung bersama masyarakat untuk memberikan penyadaran, supaya anak-anak kita terlindungi dari bahaya kekerasan seksual dan pengaruh media destruktif,” tambah Hani.

Sarinah GMNI menegaskan, maraknya kasus kekerasan seksual anak di Cilegon harus menjadi peringatan keras bagi semua pihak. “Kita sedang mempertaruhkan masa depan generasi muda. Kalau hari ini kita abai, besok yang rusak bukan hanya moral, tapi juga harapan,” tutup Hani.

Related posts