Sungailiat,- Matamedia.co.id,- 21 Juni 2025 – Di tengah fenomena orang tua yang berlomba memasukkan anak ke sekolah favorit di kota, seorang ayah asal Sungailiat, Hadi Firmansyah, justru mengambil keputusan yang berbeda. Ia memilih untuk menyekolahkan anaknya di SMP Negeri 2 Pemali — sekolah negeri di pelosok yang jarang mendapat sorotan media.
Keputusannya itu didasari keyakinan bahwa kualitas pendidikan tidak selalu berkorelasi dengan label “favorit”. Saat ditemui di sebuah warung kopi pada Sabtu (21/06), Hadi menyampaikan pandangannya mengenai pentingnya melihat potensi di balik nama besar sebuah sekolah.
“Saya percaya, semua sekolah punya potensi. Yang penting ada kolaborasi antara guru, orang tua, dan semangat anak untuk belajar,” ujar Hadi yang merupakan pegawai di salah satu perguruan tinggi di Sungailiat.
Menurutnya, SMP Negeri 2 Pemali memiliki lingkungan belajar yang kondusif, para guru yang berdedikasi tinggi, serta kegiatan sekolah yang mendukung perkembangan karakter dan akademik siswa.
“Saya lihat sendiri bagaimana anak-anak di sana aktif, bahagia, dan tetap bisa berprestasi. Sayangnya, karena kurang terekspos, sekolah seperti ini sering dipandang sebelah mata,” tambahnya.
Hadi menilai, yang perlu ditumbuhkan adalah budaya belajar yang sehat, bukan semata-mata ambisi mengejar reputasi sekolah bergengsi. Ia juga menekankan pentingnya memilih lingkungan yang seimbang antara akademik dan sosial bagi perkembangan anak.
“Saya ingin anak saya belajar tanpa tekanan, berteman dengan latar belakang yang beragam, dan tumbuh dalam lingkungan yang memanusiakan,” katanya.
Lebih jauh, ia mengajak para orang tua untuk tidak terjebak gengsi dan membuka mata terhadap kualitas pendidikan di sekolah-sekolah yang selama ini jarang dilirik.
“Pendidikan yang baik itu hasil dari sinergi semua pihak, bukan dari pamor sekolahnya saja,” pungkasnya.
Di akhir perbincangan, Hadi berharap pemerintah dan media dapat memberikan perhatian yang lebih luas kepada sekolah-sekolah non-favorit yang telah membuktikan prestasi dan dedikasinya.
“Masa depan anak-anak kita tidak selalu dibentuk dari jalur yang ramai dan penuh gengsi, tapi dari jalur yang benar-benar mendidik, membangkitkan potensi, dan menjadikan mereka manusia seutuhnya,” tutupnya dengan penuh harap.