CILEGON— Matamedia.co.id,- Setelah melewati separuh dari Bulan Ramadhan, seperti biasanya kawasan Pelabuhan Merak, Kota Cilegon selalu musim para pemudik yang akan menyebrang ke Pulau Sumatera.
Kalau musim mudik biasanya terjadi setahun sekali, namun nelayan di Kecamatan Pulomerak juga dikabarkan sedang panen saat musim cumi-cumi yang mudah didapatkan di perairan Merak pada pekan ketiga Bulan Ramadhan 1444 H ini.
Bahkan dari penelusuran dan melihat langsung aktifitas para nelayan setempat, saat musim cumi di perairan Merak ini bisa terjadi sebulan sekali selama beberapa hari saat cuaca normal.
“Sudah dua hari ini lagi banyak cuminya, yang ngobor di Pemecah Ombak aja bisa dapat 20-30 kilo semalam,” kata Safat, salah satu nelayan Link Medaksa, Merak saat ditemui di Bagan Tanjap. Senin (20/4/2023) dinihari.
“Malam ini kurang, ada hujan angin cuminya lari ke laut dalam. Tapi alhamdulillah masih dapat buat dibawa pulang mah,” sambungnya.
Safat juga menjelaskan ada beberapa teknik menangkap cumi-cumi yang dilakukan oleh para nelayan di Kecamatan Pulomerak sekitar pelabuhan. Tepatnya di wilayah Kelurahan Mekarsari dan Kelurahan Tamansari. Baik yang mempertahankan cara tradisional maupun semi tradisional.
“Sekarang nelayan di sini sudah kebanyakan ngobor pakai perahu lepas jangkar, cara kerjanya ketika cumi kumpul naik ke permukaan di bawah cahaya lampu, dicaduk pakai serokan. Ada teknik tradisional bagan tancap seperti punya saya ini. Hampir sama cara tangkapnya, ketika kita lihat cumi sudah banyak di bawah lampu baru kita angkat jaringnya. Kelebihannya teknik lama ini ikan-ikan juga bisa ikut kena karena ukuran jaring juga besar,” jelasnya.
“Ada juga di pemecah ombak, kalau di sana bukan nelayan Merak saja, warga pemancing dari Cilegon bahkan Serang juga banyak. Caranya ada yang pakai pancing pakai umpan buatan, ada juga yang ngobor cumi dan nangkapnya pakai jala,” imbuh Safat.
Namun meski hasilnya bisa lebih memuaskan, mahalnya biaya pemuatan Bagan Tancap yang bisa mencapai puluhan juta semakin ditinggalkan nelayan di Merak yang lebih memilih pakai ngobor pakai perahu.
“Kalau lagi musim, terus cuaca bagus kita kewalahan angkat cumi dan ikan. Biasa kita bawa 10-15 keranjang sampai penuh semua terus kita angkut ke darat, dari manghib sampai pagi bisa sampai 4 kali kita bolak balik angkut cumi sama ikan. Jenis ikannya bervariasi, ada bondolan, selar, kembung, ceret, kadang ikan besar seperti gerong kakap juga bisa naik,” terangnya.
“Bukan karena banyak kapal feri di pelabuhan, titik Bagan kan masih perairan dangkal dekat Pulau Merak Besar, bukan alur perlintasan, kalau lewat sini kapal feri kandas. Tapi karena biaya pembuatannya mahal, punya saya ini baru bikin habis Rp. 26 juta lebih, makanya sekarang banyak yang milih pakai perahu. Senangnya jadi nelayan itu pas kita sampai darat, sudah banyak pembeli yang menunggu hasil tangkapan kita,” tutupnya.